Saturday, April 7, 2012

apa ini bisa menjawab kebimbanganmu?

Kira-kira 14
abad silam
Rasulullah
SAW diisra’
dan
mi’rajkan
oleh Alloh
SWT kehariban-Nya, dimana
beliau mendapatkan
perintah Sholat fardhu 5
waktu sebagai konsekuensi
seorang hamba yang
menyerahkan dirinya
kepada Rabbnya, sebagai
konsekuensi logis dari
pernyataan dan pengakuan
bahwa ia seorang Muslim
dan beragama Islami.
Dimana perintah tersebut
sudah ada sejak jaman Nabi
Adam AS namun hanya
berbeda bilangan
rakaatnya. Dalam QS Al
Baqoroh Ayat 110, Alloh
berfirman:
dan dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. dan
kebaikan apa saja yang
kamu usahakan bagi dirimu,
tentu kamu akan mendapat
pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha
melihat apa-apa yang kamu
kerjakan.
Manusia sering
mengabaikan sholat
padahal ia seorang yang
mengaku beragama Islam.
Sering beranggapan bahwa
sholat tidak mendatangkan
rejeki, sholat terus tapi
tetap saja tidak kaya atau
bahkan dengan sholat
rejekinya akan hilang
karena kesempatan untuk
bekerja hilang. Tentu hal
tersebut tidaklah benar,
dan itu adalah anggapan
yang salah dan tanda
bahwa pemikiran kita
lemah.
Kita perlu mengingat bahwa
sholat bukan untuk mencari
rejeki, tapi sholat adalah
sebagai ungkapan terima
kasih seorang hamba
kepada Rabbnya selain
sebagai sebuah kewajiban.
Alloh SWT berfirman: QS:
Thaha 132:
dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah
kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezki kepadamu,
kamilah yang memberi rezki
kepadamu. dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwa.
Bukankah Alloh SWT telah
menganugerahkan kepada
rizki yang begitu banyak
kepada kita, manusia hanya
menganggap bahwa rezki
adalah uang. Bukankah
anggota badan yang
lengkap juga rezki yang
berharga, kesempatan
hidup juga rezki, keluarga,
pekerjaan meskipun
sederhana juga rizki karena
nyatanya kita juga bisa
hidup hingga saat ini
dengan hal itu, lihatlah
disekeliling kita masih
banyak orang yang kurang
beruntung dibanding kita.
Mengapa tidak kita
bayangkan jika Alloh pemilik
diri dan alam semesta ini
mengambil haknya dari kita.
Kita tentu sependapat jika
ada anak yang apabila
diberi uang oleh orang
tuanya kemudian ia
membantah dan
mengabaikan perintah
orang tuanya ia tidak baik
dan kita tidak suka, atau
anak yang diberikan biaya,
nafkah maka ia selayaknya
patuh dan taat kepada
orang tuanya?, bukankah
seorang pekerja mau patuh
pada atasannya lantaran
ada imbalan, dan
sepantasnya ia patuh
kepadanya?. Lalu kenapa
kita tidak patuh dan tunduk
kepada Alloh SWT yang
telah memberikan imbalan
kepada kita berupa rizki
kehidupan dan kesehatan
hingga saat ini, yang telah
memberikan kesempurnaan
fisik kepada kita,
memberikan kita
pendamping yag senantiasa
mendampingi kita dikala
susah dan senang,
memberikan kita keturunan
yang dapat dibanggakan,
memberikan waktu untuk
berkarya dan membantu
orang lain, dan memberi
kita banyak hal hingga kita
tentu tak sanggup
menghitungnya. Dalam Al-
Quran Alloh mengajarkan
kepada kita: QS Ibrahim 34;
dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu)
dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. dan
jika kamu menghitung
nikmat Allah, tidaklah dapat
kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu,
sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).
Kita mesti ingat
bahwasanya manusia tidak
lepas dari sebab-akibat,
segala sesuatu ada
balasannya, walaupun itu
sebesar biji. Ada hukuman
ada pula penghargaan, ada
kesungguhan adapula
kepuasan, begitu juga ada
dosa dan ada pahala,
karena hidup adalah pilihan,
sudah tersedia antara yang
baik dan yang salah, yang
benar dan yang batil,. Alloh
SWT berfirman dalam Surat
An-Nisa 132:
(Pahala dari Allah) itu
bukanlah menurut angan-
anganmu yang kosong dan
tidak (pula) menurut angan-
angan ahli Kitab.
Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi
pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan
tidak (pula) penolong
baginya selain dari Allah.
Begitu juga dalam surat Al-
Qhashas 84:
Barangsiapa yang datang
dengan (membawa)
kebaikan, Maka baginya
(pahala) yang lebih baik
daripada kebaikannya itu;
dan Barangsiapa yang
datang dengan (membawa)
kejahatan, Maka tidaklah
diberi pembalasan kepada
orang-orang yang telah
mengerjakan kejahatan itu,
melainkan (seimbang)
dengan apa yang dahulu
mereka kerjakan.
Namun Alloh SWT adalah
Maha Penyayang kepada
hambanya yang mau
berserah diri, dan bertaubat
atau tidak mengulangi lagi
perbuatannya, selama kita
tidak berbuat syirik atau
tidak menduakannya
dengan sesuatu kekuatan
dan kekuasaan apapun.
Alloh SWT telah memberikan
arahan dalam hal ini dalam
surat Annisa 48:
Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah,
Maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar.
Dalam sebuah kisah Islam
diceritakan; pada zaman
nabi Musa AS, seorang
perempuan datang dengan
duka cita yang mencekam,
kerudungnya menutup
rapat seluruh wajahnya,
wajahnyanya yang putih
dan ayu tetap tidak bisa
menutup kesedihan hatinya
yang dalam, ia mengetup
pintu rumah Nabi Musa AS,
kemudian ia masuk namun
tetap menundukkan
mukanya, ia berkata; wahai
Nabi Alloh, aku memohon
kepadamu agar engkau
berkenan memohonkan
ampunan untuk”, lalu Nabi
Musa AS menjawab,
“kenapa aku harus
memohonkan ampunan,
dosa apa yang telah kamu
perbuat?”, tanya Musa AS,
kemudian perempuan
tersebut sambil menangis
menjawab, “aku telah
berbuat zina”, mendengar
jawaban itu wajah Nabi
Musa AS terlihat sangat
marah, namum belum
sampai menjawab,
perempuan itu sambil
menangis menambahkan.
“Lalu aku melahirkan bayi
dan membunuhnya”.
Kemarahan Nabi Musa AS
tak terbendung dan
berkata:” pergi engkau
wahai perempuan laknat
dari rumahku sebelum Alloh
menimpakan azab
dirumahku”. Kemudian
perempuan dengan sangat
sedih dan semakin
menangis, ia keluar dari
rumah Nabi Musa AS dengan
hati bagaikan kaca yang
membentur batu karena ia
tidak tahu lagi kemana ia
harus mengadu, bila nabi
saja menolaknya bagaimana
sepeninggalnya. Namun tak
lama kemudian datanglah
Jibril menghampiri Nabi
Musa AS dan berkata: Wahai
Nabialloh Musa, kenapa
engkau mengusir
perempuan tadi yang
hendak bertaubat, tahukan
engkau bahwa Alloh SWt
adalah Maha Penerima
Taubat dan sesungguhnya
masih ada dosa yang lebih
besar itu, dosa yang lebih
besar dari 1000 kali berzina.
Nabi Musa AS, terkejut dan
bertanya kepada Jibril: “
Wahai Jibril, beritahukan
kepadaku dosa apakah itu
yang lebih kejam dari
berzina dan membunuh?,
Jawab Jibril:”
Meninggalkan Sholat
dengan sengaja dan tanpa
menyesal, karena ia sama
saja dengan menganggap
Alloh SWT tidaklah penting
dan menafikannya.
Sedangkan orang yang mau
bertaubat dan berarti ia
masih memiliki iman
didadanya dan selalu
mengharap dan
menganggap Alloh SWT
adalah tempat kembali dan
Maha Penerima Taubat”.
Kemudian Nabi Musa AS
sadar bahwa ia telah keliru,
dan segera memanggil
kembali perempuan tadi
dan memohonkan ampunan
kepada Alloh SWT. Dalam
sebuah hadits lain
diriwayatkan, bahwa
meninggalkan sholat
dengan sengaja, maka
dosanya lebih besar dari
membakar 70 Al-Qur’an,
membunuh 70 Nabi dan
berzina dengan ibunya di
dalam Ka’bah. Sedangkan
dalam riwayat lain
disebutkan bahwa
mengakhirkan sholat
hingga habis waktunya,
maka ia akan disiksa
didalam neraka selama 1
khuqu’. 1 khuqu’ sama
dengan 80 tahun, satu
tahun sama dengan 365
hari dan 1 hari di akherat
sama dengan 1000 tahun di
dunia.
Kadang kita jika ditanya
tentang kapan sholat atau
kenapa tidak sholat, sering
kita menjawab, sholat itu
nanti kalau sudah tua, nanti
kalau sudah pensiun, lebih
baik tidak sholat daripada
sholat tapi masih berbuat
maksiat, atau bahkan
naudzubillah sholat tidak
perlu yang penting Islam
dan berbuat baik. Lalu
kenapa kenapa kita sering
meminta Alloh SWT
sesegera mungkin
mengabulkan permohonan
kita?padahal kita sangat
sering menunda sholat
sebagai kewajiban kita.
Rasulullah SAW bersabda
yang diriwayatkan oleh
Bukhari, Janganlah
menuntut Alloh SWT karena
keterlambatan
permintaanmu, tapi
tuntutlah dirimu sudahkah
memenuhi kewajibanmu
kepada Alloh SWT. Jika
sholat nanti kalu sudah tua
atau nanti kalau sudah
pensiun, bukankah umur
bukan milik kita, tidak tahu
sampai kapan kita hidup
karena apabila ajal datang
tidak ada yang bisa
menunda atau
mensegerakannya. Allo SWT
mengingatkan dalam Al-
Quran Surat Yunus 49:
tiap-tiap umat mempunyai
ajal. apabila telah datang
ajal mereka, Maka mereka
tidak dapat
mengundurkannya barang
sesaatpun dan tidak (pula)
mendahulukan(nya).
Jika kita beranggapan
bahwa lebih baik tidak
sholat daripada sholat tapi
masih berbuat maksiat, lalu
kenapa kita juga tidak
berpikir, jikalau saja yang
sholat masih berbuat
maksiat, lalu bagaimana
dengan yang tidak
mengerjakan sholat,
bukankah pasti lebih
banyak berbuat maksiat.
Perlu diingat bahwa
manusia adalah tempat
mahalul khoto’ wan
nisyan, (tempat kesalahan
dan kelalaia). Dan juga
Rasulullah SAW berpesan
dalam sebuah Hadits: “
Khassinu
sholatakum” (perbaikilah
sholat kalian!). sedangkan
Alloh SWT berfirman dalam
Surat Al Ankabut 45.
bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu,
Yaitu Al kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan
mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih
besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain).
dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Berarti, kita harus secara
terus menerus memperbaiki
sholat kita jika dalam
kehidupan ini kita masih
melakukan perbuatan yang
keji dan mungkar dengan
tidak lepas dari membaca
Al-Quran sebagai panduan.
Dan naudzubillah jika kita
sampai menganggap bahwa
sholat tidak perlu yang
penting Islam dan berbuat
baik. Bukankah kita semua
akan mati, setelah itu
amalan kita akan
diperhitungkan. Dan
Rasulullah SAW bersabda:
“ Sesungguhnya amalan
pertama yang
diperhitungkan pada hari
kiamat adalah sholat”. Dan
bukankah islam didirikan
atas lima perkara
diantaranya adalah sholat,
dan berbuat baik saja tidak
cukup karena berbuat baik
hanya muamalah dengan
manusia, sedangkan
manusia wajib menyembah
kepada penciptanya yaitu
Alloh SWT. Karena Alloh SWT
tidaklah menciptakan jin
dan manusia melainkan
hanya untuk
menyembahNya.
Sedangkan jika manusia
berbuat baik tanpa
landasan iman maka
amalan-amalannya adalah
sia-sia Alloh SWT berfirman
dalam Surat Annur 39:
dan orang-orang kafir amal-
amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air
oleh orang-orang yang
dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu Dia
tidak mendapatinya sesuatu
apapun. dan didapatinya
(ketetapan) Allah disisinya,
lalu Allah memberikan
kepadanya perhitungan
amal-amal dengan cukup
dan Allah adalah sangat
cepat perhitungan-Nya.
artinya Orang-orang kafir,
karena amal-amal mereka
tidak didasarkan atas iman,
tidaklah mendapatkan
Balasan dari Tuhan di
akhirat walaupun di dunia
mereka mengira akan
mendapatkan Balasan atas
amalan mereka itu.
Maka, kenapa kita mesti
menunda untuk menjadi
manusia yang tahu diri,
manusia yang tahu terima
kasih kepada Rabbnya,
manusia yang berorientasi
bukan hanya duniawi tapi
juga memiliki visi ukhrawi,
mensiapkan diri sejak dini
untuk mempersiapkan
sesuatu yang pasti terjadi.
Alloh SWT menciptakan
sesuatu tidak akan pernah
sia-sia, jika Alloh SWT
memerintahkan Sholat
kepada hambanya tentu ia
memiliki dampak positif
bagi hambanya dan
berbagai rahasia yang
pemikiran manusia tidak
mampu untuk mencapainya.
Ada seorang dokter di
Amerika telah memeluk
Islam karena beberrapa
keajaiban yang ditemui
dalam penelitianya, ia
terkagum-kagum dengan
penelitiannya hingga
seperti tidak bisa diterima
oleh akal pikiran. Dia adalah
seorang dokter neurologi,
setelah memeluk islam ia
yakin dengan pengobatan
islami yang kemudia
membuka klinik bernama
“pengobatan melalui Al-
Qur’an”, dimana
pengobatan melalui puasa,
madu, biji hitam (jinten) dan
sebagainya. Ketika ditanya
tentang kenapa ia tertarik
memeluk Islam, ia
mengatakan pada saat
penelitian ada beberapa
urat syaraf didalam otak
manusia yang tidak
dimasuki oleh darah. Pada
setiap inci otak manusia
memerlukan darah yang
cukup untuk berfungsi
secara normal. Setelah
melakukan kajian penelitian
beberapa waktu, ia
menemukan bahwa
terdapat syaraf yang tidak
dapat dimasuki oleh darah
melainkan seseorang
tersebut ketika sholat, yaitu
pada saat sujud. Urat
tersebut memerlukan darah
pada saat tertentu saja, ini
artinya darah tersebut
memasuki saraf menurut
kadar waktu yang
ditentukan yaitu saat sholat
yang diwajibkan oleh umat
Islam. Jadi barang siapa
yang tidak melaksanakan
sholat maka saraf otaknya
tidak dapat menerima aliran
darah yang cukup untuk
berfungsi secara normal.
Karena itu penciptaan
manusia itu sebenarnya
adalah menganut agama
Islam sepenuhnya/kaffah,
karena yang
memerintahkan sholat
adalah sang Pencipta
manusia.
Alloh SWT memerintahkan
atau melarang sesuatu
kepada hambanya karena
sang pembuat tentu tahu
apa yang terbaik dari
produk yang dihasilkannya,
adapun segala larangan dan
musibah yang ada lantaran
Alloh SWT ingin menguji
sejauh mana ketaatan
seorang hamba kepada
Alloh SWT dan Rasulnya dan
siapa diantara hambanya
yang lulus. Alloh SWT
memberithukan hal ini
melalui Al-Quran Surat Ali
Imran 142:
Apakah kamu mengira
bahwa kamu akan masuk
surga, Padahal belum nyata
bagi Allah orang-orang
yang berjihad (bersungguh-
sungguh dalam
menjalankan ajaran islam)
diantaramu dan belum
nyata orang-orang yang
sabar.
Maka ketika Rasulullah SAW
ditanya oleh orang-orang
kafir quraisy Mekkah , “
hai, Muhammad, kenapa
kamu menyuruh kami untuk
menyembah Tuhanmu,
maka turunlah ayat dalam
Surat An-Naml 91-93
91. aku hanya diperintahkan
untuk menyembah Tuhan
negeri ini (Mekah) yang
telah menjadikannya suci
dan kepunyaan-Nya-lah
segala sesuatu, dan aku
diperintahkan supaya aku
Termasuk orang-orang
yang berserah diri.
92. dan supaya aku
membacakan Al Quran
(kepada manusia). Maka
Barangsiapa yang
mendapat petunjuk Maka
Sesungguhnya ia hanyalah
mendapat petunjuk untuk
(kebaikan) dirinya, dan
Barangsiapa yang sesat
Maka Katakanlah:
"Sesungguhnya aku (ini)
tidak lain hanyalah salah
seorang pemberi
peringatan".
93. dan Katakanlah: "Segala
puji bagi Allah, Dia akan
memperlihatkan kepadamu
tanda-tanda kebesaran-Nya,
Maka kamu akan
mengetahuinya. dan
Tuhanmu tiada lalai dari apa
yang kamu kerjakan".
waalahu'alam bisshowab

No comments:

Post a Comment

Tulis Komentar